
Demi menjaga ruang kelas tak ambruk, sejumlah balok kayu terpaksa digunakan sebagai dongkrak darurat.
Karawang, MajalahPerjuangan.com – Masa depan generasi Karawang dipertaruhkan di bawah atap yang lapuk. Sarana pendidikan Sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Taman Kanak-Kanak (TK) Islam Nurul Huda di Dusun Tamiang RT 012/RW 004 Desa Sindang Mulya, Kecamatan Kutawaluya, Karawang, kini berada dalam kondisi yang sungguh memprihatinkan.
Saat tim media meninjau lokasi, pemandangan yang tersaji mengiris hati. Tiang-tiang penyangga bangunan (kuda-kuda) tampak rapuh termakan usia. Bahkan, untuk menjaga agar ruang kelas tak ambruk, sejumlah balok kayu terpaksa digunakan sebagai dongkrak darurat. Pemandangan ini bukan sekadar kerusakan fisik, melainkan cerminan dari kekhawatiran yang mendalam.
![]() |
| Menunggu, 3 tahun proposal pengajuan belum ada realisasi. |
Belajar dalam Bayangan Ketakutan
Orang tua siswa tak bisa menyembunyikan rasa cemas mereka. Di musim penghujan, saat angin kencang menerpa, mereka dihantui ketakutan akan kemungkinan terburuk: bangunan sekolah tiba-tiba ambruk menimpa anak-anak mereka yang sedang menuntut ilmu.
MI dan TK Islam Nurul Huda adalah milik Yayasan Pendidikan Islam Nurul Huda, yang secara legal tercatat di Kemenkumham dengan SK AHU. 0000959.AH.01.05 Tahun 2020 dan Akta Notaris No. 33 Tahun 2020. Namun, legalitas formal ini tidak serta merta menjamin keselamatan fisik para siswa.
![]() |
| Ketua Yayasan Pendidikan Islam Nurul Huda, Moh Zein Soperi S.Ag. |
Sekolah Tertua yang Terlupakan
Menurut Ketua Yayasan Pendidikan Islam Nurul Huda, Moh Zein Soperi S.Ag, institusi pendidikan Islam ini memiliki sejarah panjang, bahkan disebut sebagai yang paling tertua di Kabupaten Karawang.
"Pendidikan Islam ini paling tertua di Kabupaten Karawang, berdiri sejak tahun 1951 dari bangunan awal bentuk bilik dan lantai tanah serta atap genteng," ungkap Moh Zein Soperi kepada wartawan di kantor yayasan, Sabtu (25/10).
Meski baru mendapatkan izin formal pada tahun 2020, semangat pengabdian mereka sudah berlangsung lebih dari tujuh dekade. Sayangnya, usia bangunan yang semakin menua tidak diikuti dengan renovasi yang memadai.
Saat ini, sekitar empat ruang kelas kondisinya sudah rusak parah. Balok kayu yang menjadi penopang darurat kuda-kuda rapuh menjadi saksi bisu betapa gentingnya situasi ini. Kekhawatiran akan ambruknya bangunan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung menjadi ancaman nyata.
Tiga Tahun Menanti Jawaban
Kepala yayasan mengungkapkan bahwa berbagai upaya telah mereka tempuh. "Saya sudah mengajukan proposal, tiga tahun lalu ke Kementrian Agama RI melalui Kemenag Kabupaten Karawang, namun belum ada realisasinya," ujar Soperi dengan nada penuh harap.
Ia menceritakan bahwa bantuan terakhir untuk pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) diterima saat Bapak Dadang S. Muchtar menjabat Bupati Karawang untuk periode kedua. Kini, usia bangunan tersebut sudah mencapai 25 tahun, dan sejak saat itu, tidak ada lagi bantuan perbaikan yang menyentuh sarana dan prasarana vital pendidikan Islam ini.
Bukan Hanya Nurul Huda
Soperi menambahkan sebuah fakta yang lebih mencengangkan dan memprihatinkan. "Sebenarnya, bukan hanya MI dan TK Islam di Yayasan Nurul Huda saja yang rusak parah, bahkan hampir di seluruh Kabupaten Karawang sarana pendidikan MI dan TK Islam sudah pada hancur."
Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa persoalan kerusakan fasilitas pendidikan agama di Karawang bukanlah kasus tunggal, melainkan masalah struktural yang membutuhkan perhatian serius dari semua pihak.
Harapan untuk Masa Depan
Di tengah keterbatasan dan ancaman, semangat untuk memajukan pendidikan keagamaan di Karawang tidak pernah padam. Moh Zein Soperi S.Ag menitipkan harapan yang tulus.
"Saya berharap ada donatur atau dari Pemerintah Daerah untuk terketuk peduli dan memberikan bantuan perbaikan sarana dan prasarana ruang kelas, demi memajukan pendidikan keagamaan di Karawang," pungkas Soperi.
Kisah dari MI dan TK Islam Nurul Huda adalah panggilan darurat bagi semua pihak, terutama Pemerintah Daerah dan para dermawan. Pendidikan, terutama pendidikan agama yang menjadi fondasi moral bangsa, tidak boleh dibiarkan berdiri di atas puing-puing rapuh. Keselamatan dan kenyamanan belajar anak-anak adalah prioritas yang tidak bisa ditawar. Saatnya aksi nyata, sebelum balok penopang itu menyerah dan membawa lari impian anak-anak Karawang. (Hmd/Ahass).


0 Komentar