![]() |
Ketua Getar Indonesia, Victor Al-Fakih, SH |
Karawang, majalahperjuangan.com —Kondisi memprihatinkan menimpa SDN Kutajaya 3 di Kabupaten Karawang. Bangunan sekolah yang berdiri sejak 1910 dan memiliki akreditasi B ini nyaris ambruk, mengancam keselamatan siswa dan guru.
Kondisi ini menjadi sorotan tajam dari Ketua Gerakan Taruna (Getar) Indonesia, Victor Al-Faqih,SH., yang mengaku sangat miris karena Karawang memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) hingga Rp5 triliun.
"Kasus sekolah dasar lapuk, tidak pernah mendapatkan anggaran perbaikan, masih kerap terjadi, di sejumlah pedesaan, di Kabupaten Karawang," ujar Victor kepada majalahperjuangan.com.
Menurut Victor, fakta ini adalah bukti nyata kegagalan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora), khususnya Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas), dalam menjalankan tugasnya.
Victor meminta Bupati Karawang segera mengevaluasi kinerja Bidang Dikdas atau meminta kepala bidangnya untuk mundur.
"Dengan ditemukannya sekolah yang nyaris ambruk ini jadi bukti nyata Kabid Dikdas terindikasi kuat tidak bekerja dan tidak menjalankan tupoksinya," tegas Victor.
Kondisi SDN Kutajaya 3 terungkap setelah ramai diberitakan ada inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan pihak Kecamatan Kutawaluya dan pemerintah desa pada Rabu, 6 Agustus 2025. Terlihat jelas kerusakan parah, seperti atap yang bocor dan hampir roboh, dinding retak, serta lantai yang rapuh.
Kepala Desa Kutajaya, Deni Lesmana, mengungkapkan keprihatinannya. Ia menegaskan, SDN Kutajaya 3 tidak lagi butuh perbaikan ringan, melainkan rehabilitasi berat.
Deni berharap pemerintah daerah, khususnya Dinas Pendidikan, menjadikan SDN Kutajaya 3 sebagai prioritas dalam program rehabilitasi sekolah tahun ini. Ia juga menekankan pentingnya pendidikan sebagai pondasi masa depan, dan menyayangkan jika sarana belajar dibiarkan dalam kondisi membahayakan.
"Kami dari pihak desa siap membantu koordinasi, tapi keputusan anggaran ada di pemerintah kabupaten. Harapan kami, tahun ini bisa masuk program rehab," tambahnya.
Hingga saat ini, kegiatan belajar mengajar masih berlangsung dalam kondisi darurat. Beberapa ruang kelas bahkan sudah tidak digunakan karena dianggap terlalu berisiko, menimbulkan kekhawatiran besar dari masyarakat dan orang tua murid. (red)
0 Komentar